Beranda | Artikel
Hadits Syafaat
10 jam lalu

Hadits Syafa’at adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 11 Jumadil Akhir 1447 H / 2 Desember 2025 M.

Kajian Tentang Hadits Syafa’at

Dan darinya (Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu), ia berkata: “Kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sebuah jamuan makan. Lalu disuguhkan kepada beliau bagian lengan (kaki depan kambing), dan beliau menyukainya. Beliau pun menggigitnya satu gigitan dan bersabda:

‘Aku adalah pemimpin manusia seluruhnya pada hari kiamat. Tahukah kalian apa sebabnya? Allah akan mengumpulkan orang-orang terdahulu dan orang-orang yang terakhir di satu tanah lapang, sehingga orang yang melihat dapat menjangkau mereka semua dan penyeru dapat memperdengarkan suara kepada mereka, serta matahari didekatkan kepada mereka.

Maka manusia diliputi kesusahan dan penderitaan yang tidak sanggup mereka pikul dan tidak mampu mereka tahan. Lalu manusia berkata: ‘Tidakkah kalian melihat keadaan yang kalian alami dan apa yang menimpa kalian? Tidakkah kalian mencari orang yang dapat memberikan syafaat untuk kalian kepada Rabb kalian?’

Sebagian manusia berkata kepada sebagian yang lain: ‘(Datanglah kepada) bapak kalian, Adam.’ Mereka pun mendatangi Adam dan berkata: ‘Wahai Adam, engkau adalah bapak seluruh manusia. Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya, meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam dirimu, memerintahkan para malaikat lalu mereka bersujud kepadamu, dan menempatkanmu di surga. Tidakkah engkau meminta syafaat kepada Rabbmu untuk kami? Tidakkah engkau melihat keadaan kami dan apa yang menimpa kami?’

Maka Adam menjawab: ‘Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sangat murka, dengan kemurkaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan terjadi lagi sesudahnya. Sesungguhnya Dia telah melarangku mendekati pohon itu, namun aku mendurhakai-Nya. Diriku sendiri (sedang butuh pertolongan), diriku sendiri, diriku sendiri. Pergilah kepada selain aku, pergilah kepada Nuh.’

Mereka pun mendatangi Nuh dan berkata: ‘Wahai Nuh, engkau adalah rasul pertama bagi penduduk bumi, dan Allah telah menamaimu hamba yang pandai bersyukur. Tidakkah engkau melihat keadaan kami? Tidakkah engkau melihat apa yang menimpa kami? Tidakkah engkau memintakan syafaat kepada Rabbmu untuk kami?’

Nuh menjawab: ‘Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sangat murka, dengan kemurkaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan terjadi lagi sesudahnya. Sesungguhnya aku memiliki satu doa yang telah aku gunakan untuk mendoakan kehancuran bagi kaumku. Diriku sendiri (sedang butuh pertolongan), diriku sendiri, diriku sendiri. Pergilah kepada selain aku, pergilah kepada Ibrahim.’

Mereka pun mendatangi Ibrahim dan berkata: ‘Wahai Ibrahim, engkau adalah Nabi Allah dan Khalil-Nya (kekasih-Nya) dari penduduk bumi. Tolong mintakan syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat keadaan kami?’

Ibrahim menjawab kepada mereka: ‘Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sangat murka, dengan kemurkaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan terjadi lagi sesudahnya. Sesungguhnya aku pernah berdusta sebanyak tiga kali (yang sebenarnya tidak bisa dikatakan berdusta). Diriku sendiri (sedang butuh pertolongan), diriku sendiri, diriku sendiri. Pergilah kepada selain aku, pergilah kepada Musa.’

Mereka pun mendatangi Musa dan berkata: ‘Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah. Allah telah mengutamakanmu di atas manusia dengan risalah-Nya dan firman-Nya. Mintakan syafaat keapda Rabbmu untuk kami. Tidakkah engkau melihat keadaan kami?’

Musa menjawab: ‘Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sangat murka, dengan kemurkaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan terjadi lagi sesudahnya. Sesungguhnya aku pernah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Diriku sendiri (sedang butuh pertolongan), diriku sendiri, diriku sendiri. Pergilah kepada selain aku, pergilah kepada Isa.’

Mereka pun mendatangi Isa dan berkata: ‘Wahai Isa, engkau adalah utusan Allah, kalimat-Nya yang Dia sampaikan kepada Maryam, dan roh ciptaan Allah. Engkau telah berbicara kepada manusia saat masih dalam buaian. Mintakan syafaat kepada Rabbmu untuk kami. Tidakkah engkau melihat keadaan kami?’

Isa menjawab: ‘Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sangat murka, dengan kemurkaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan terjadi lagi sesudahnya’—beliau tidak menyebutkan suatu dosa pun—’Diriku sendiri, diriku sendiri, diriku sendiri. Pergilah kepada selain aku, pergilah kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.`”

Kisah tentang permintaan mereka disebutkan sampai di sini. Kemudian kata An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala, dalam riwayat lain, lanjutan dari kisah ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Maka mereka (seluruh manusia) datang menemuiku dan berkata, ‘Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah, dan penutup para nabi. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu dan yang kemudian. Mintakanlah syafaat untuk kami kepada Rabbmu. Engkau melihat keadaan kami (di Padang Mahsyar).’

Maka aku (Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) pun pergi, lalu aku mendatangi di bawah ‘Arsy. Aku pun menyungkur sujud kepada Rabbku. Kemudian Allah membukakan bagiku berbagai macam pujian dan sanjungan yang indah kepada-Nya, yang belum pernah Allah bukakan kepada seorang pun sebelumku.

Kemudian dikatakan kepadaku, ‘Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah niscaya engkau akan diberi, dan mintalah syafaat niscaya engkau akan diberi syafaat.’

Maka aku pun mengangkat kepalaku, lalu aku berkata, ‘Umatku, wahai Rabbku. Umatku, wahai Rabbku.’

Maka dikatakan kepadaku, ‘Wahai Muhammad, masukkanlah dari umatmu orang-orang yang tidak ada hisab (perhitungan amal) atas mereka melalui pintu surga yang paling kanan. Mereka juga berhak (bergabung) dengan manusia lainnya pada pintu-pintu surga selain pintu itu.’

Kemudian beliau bersabda, ‘Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya jarak antara dua sisi pintu surga adalah seperti jarak antara Makkah dan Hajar, atau seperti jarak antara Makkah dan Busra’.” (Hadits Muttafaq ‘Alaih, diriwayatkan oleh HR. Bukhari dan Muslim)

Kisah ini merupakan kelanjutan dari permintaan manusia kepada para nabi untuk memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar segera menyelesaikan urusan mereka di Padang Mahsyar. Setelah nabi-nabi sebelumnya menolak dengan alasan masing-masing, Nabi Isa ‘Alaihissalam menyuruh mereka untuk pergi kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Keistimewaan Syafa’at Agung (Asy-Syafa’atul ‘Uzma)

Hadits yang baru saja disebutkan dikenal oleh para ulama dengan nama Hadits Syafa’at. Hadits ini menjelaskan salah satu peristiwa besar dan dahsyat yang terjadi pada Hari Kiamat.

Hadits ini menjelaskan kondisi manusia di Padang Mahsyar yang berada dalam keadaan luar biasa dahsyat. Mereka mencari syafaat (pertolongan) dari orang yang dapat berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar urusan mereka segera diselesaikan.

Syafaat yang diminta adalah agar manusia segera dihisab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena keadaan mereka yang tidak sanggup menahan kedahsyatan Padang Mahsyar. Mereka memohon agar segera diputuskan perkaranya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mampu memberikannya, syafaat ini disebut Asy-Syafa’atul ‘Uzma, yaitu syafaat terbesar. Hal ini menunjukkan kemuliaan beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.

Adapun syafaat-syafaat lainnya, para nabi dapat berserikat dalam hal itu (turut memberikan syafaat), kecuali Asy-Syafa’atul ‘Uzma ini yang merupakan kekhususan hanya milik Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Selain ini, ada syafaat lain yang juga merupakan kekhususan bagi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

Orang yang Pertama Kali Masuk Surga: Beliau adalah orang yang pertama kali meminta pintu surga dibukakan. Surga dibuka pintunya oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, baru kemudian umat-umat yang lain mengikutinya. Ini adalah satu kekhususan bagi beliau.

Meringankan Azab Abu Thalib: Kekhususan syafaat yang ketiga adalah permintaan syafaat beliau kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar diringankan azab bagi Abu Thalib, paman beliau. Abu Thalib telah berjuang membela, menolong, dan melindungi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam dakwah, namun ia menolak ketika diminta untuk mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallaah.

Pernah Al-Abbas bin Abdul Muthalib bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Apakah pamanmu ini yang selama ini membelamu, menolongmu, melindungimu dalam dakwahmu, apakah ada manfaatnya baginya?”

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab bahwa azab yang diberikan kepada Abu Thalib adalah yang paling ringan dari seluruh ahli neraka, yaitu berupa api di telapak kakinya yang membuat otaknya mendidih. Azab ini adalah yang paling ringan di antara azab-azab ahli neraka. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi dari azab api neraka.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55852-hadits-syafaat/